Mbah Kuwu Sangkan Cirebon

Gerbang masuk pertama

September 2016 Cirebon Girang, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon.

Cirebon Girang merupakan salah satu daerah wisata sejarah dan religi, dan tempat disemayamkannya tokoh pendiri kerajaan Cirebon yang pertama, ditempat ini peristirahatan terakhir putra dari Prabu Siliwangi dari kerajaan Pajajaran, yang bernama Pangeran Cakrabuana / Pangeran Walangsungsang / Mbah Kuwu Sangkan / Syekh Abdul Iman / Syekh Samadullah.

Ibu Pangeran Cakrabuana bernama Nyimas Subang Larang, adalah santri dari pesantren Syekh Quro Karawang, yang dipinang oleh Prabu Siliwangi. Dari perkawinannya itulah dikaruniai tiga orang putra, yang bernama Pangeran Cakrabuana, Raden Kiansantang dan Nyimas Rarasantang. Dari ketiga putra Nyimas Subanglarang inilah kelak yang menjadi cikal bakal raja-raja dan tokoh-tokoh besar ditanah Pasundan, dan yang mendirikan keSultanan islam Cirebon.

Gerbang masuk kedua
Pangeran Cakrabuana dan dua saudaranya semasa remaja sangat tekun belajar mengaji yang dituntun oleh ibunya, sehingga sesudah dewasa tiga bersaudara ini menjadi seorang mubaligh atau ulama besar ditanah Pasundan, Pangeran Cakrabuana berdakwah didaerah Cirebon, dan dakwahnya semakin lama makin meluas, sehingga dibuatlah pendopo untuk menampung para jamaah yang belajar mengaji.

Sebelum menjadi penguasa Cirebon Pangeran Cakrabuana menjabat sebagai adipati atau Kuwu didaerah Cirebon, yang setiap bulannya mengirimkan upeti kepada kerajaan ayahnya diPajajaran. Lambat laun Pangeran Cakrabuana menjadikan pusat pemerintahannya dijadikan kesultanan baru, yang berdiri sendiri dan merdeka tanpa dibawahi kerajaan Pajajaran, dengan mendirikan ke Sultanan baru Cirebon dan memisahkan diri dari wilayah kerajaan Pajajaran, jadi upeti kepada kerajaan Pajajaran dihentikan. Tidak membayar upeti membuat kerajaan Pajajaran menjadi murka dan mengirimkan pasukannya untuk menyerang dan menaklukan Pangeran Cakrabuana, yang dianggap memberontak kepada kerajaan Pajajaran, namun pasukan Cirebon sangatlah kuat dan tidak bisa dikalahkan oleh pasukan Pajajaran.
Area luar makam
Dengan menjadi sultan pertama yang beragama islam sekaligus seorang ulama, Pangeran Cakrabuana semakin luas untuk mensyiarkan agama islam kepada seluruh wilayahnya, sehingga ajaran islam semakin pesat dikenal oleh semua wilayah.

Istri Pangeran Cakrabuana salah satunya adalah Nyimas Indang Geulis, dari perkawinan dengan Nyimas Indang Geulis inilah putrinya yang dijodohkan dengan Syekh Syarief Hidayatullah (Sunan Gunung Djati) putra dari Nyimas Rarasantang yang tak lain adalah anak dari adiknya sendiri, yang kelak menjadi penerus keSultanan Cirebon menggantikan kepemimpinan Pangeran Cakrabuana uwaknya sekaligus mertuanya.
Tempat Berziarah
Makam Pangeran Cakrabuana sangat dihormati dan dikeramatkan oleh masyarakat Cirebon dan luar Cirebon, terbukti dengan selalu ramainya para peziarah dari luar daerah. Pada hari tertentu seperti hari besar umat islam makamnya sangat padat dikunjungi peziarah dari pulau jawa maupun dari luar pulau jawa, walaupun sudah tidak menjadi seorang pemimpin dan telah berpulang ke rahmatullah, tetapi Pangeran Cakrabuana masih bisa menghidupi rakyatnya sampai sekarang, dilihat dengan banyaknya pengunjung yang berziarah berarti pendapatan ekonomi masyarakat dan daerah terbantu.
Pintu Utama Makam atau Tempat Berziarah
Digerbang makam Pangeran Cakrabuana terdapat dua buah patung kerbau bule dan harimau, menurut cerita dua perwujudan patung itu adalah untuk mengenang binatang peliharaan kesayangan Pangeran Cakrabuana semasa hidupnya.
Dan tidak jauh dari makam Pangeran Cakrabuana, ada sebuah sumur yang digunakan untuk keperluan sehari-hari Pangeran Cakrabuana semasa hidupnya, nama sumurnya Kramat Tukjasih pemandian Mbah Kuwu Sangkan Talun Cirebon. Sumur peninggalannya sekarang dirawat dan dikeramatkan oleh masyarakat setempat.

0 komentar:

Posting Komentar