Makam Syekh Rohmat Suci

Siapa yang tidak tahu dengan kisah Prabu Kian santang, tokoh legendaris tanah pasundan anak dari Prabu Siliwangi yang namanya sudah melegenda dihati masyarakat Indonesia. Kisah perjalanan hidupnya selalu diceritakan turun temurun oleh orang tua kepada anak-anaknya, bahkan sudah diceritakan melalui tayangan film kolosal agar kisahnya bertambah menarik.
Gerbang ke satu
Prabu Kian Santang adalah putera dari Prabu Siliwangi dan ibunya bernama Nyimas Subang Larang, Prabu Kian Santang mempunyai dua saudara kandung yang bernama Lara Santang dan Walangsungsang / Pangeran Cakrabuana / Kuwu Sangkan. Tiga bersaudara ini menganut ajaran islam sejak kecil karena sewaktu Prabu Siliwangi menikahi Nyi Mas Subang Larang terlebih dahulu masuk islam, hasil dari perkawinan ini lahirlah tiga tokoh legendaris dari tanah pasundan. Sewaktu kecil tiga bersaudara ini selalu diajarkan mengaji dan tentang keluhuran agama islam oleh ibunya, sehingga tumbuhlah jiwa yang sangat kuat untuk belajar agama islam, sehingga ibunya mencarikan seorang guru yang bisa membimbing mengajar mengaji.
Gerbang ke dua
Setelah beranjak dewasa Kian Santang, Lara Santang dan Walangsungsang melanglang buana keberbagai daerah untuk belajar mengaji, bahkan sampai ke negeri timur.
Kisah yang paling penomenal sejagad raya adalah kisah pertemuan Prabu Kian Santang dengan Sayyidina Ali bin Abi Thalib di kota Mekkah Almukarromah, walaupun pertemuan ini menjadi kontroversi dikalangan masyarakat, karena kehidupan Sayyidina Ali bin Abi Thalib jauh berbeda dengan Prabu Kian Santang.
Dan kisah yang sangat menarik adalah tidak ada satupun lawan yang bisa mengalahkan kesaktiannya, dari legenda masyarakat luas bahwa Prabu Kian Santang semasa hidupnya adalah ksatria pilih tanding, sehingga dirinya tidak pernah melihat darahnya sendiri, dalam artian tidak ada yang dapat mencederai kulitnya.
Makam Syekh Rahmat Suci
Setelah sekian lama belajar mengaji kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dari tanah suci Mekkah, Prabu Kian Santang pulang ke tanah Jawa tempat kelahirannya, dengan membawa bekal keluhuran ajaran islam yang rahmatal li'alamin. Untuk menyebarkan ajaran islam ditanah jawa Prabu Kian Santang mencari tempat untuk syiar islam, akhirnya Prabu Kian Santang mendapatkan petunjuk dan hidayah dari Allah SWT, ditemukanlah tempat terakhir yang dicari Prabu Kian Santang yaitu daerah pegunungan yang letaknya sekarang di Desa Lebakagung, Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut. Digunung inilah Prabu Kian Santang mengajar mengaji dan membuat pesantren untuk menyebarkan ajaran islam, tempatnya sekarang lebih terkenal dengan nama Gunung Godog Suci Garut, dan nama Prabu Kian Santang menjadi Syekh Rahmat Suci. Sampai akhir hayatnya Syekh Rahmat Suci dimakamkan di Gunung Godog Suci Garut.

Gunung Godog Suci Garut selalu ramai dipadati oleh pengunjung yang hendak berziarah ke makam aulia Allah khususnya Syekh Rahmat Suci/Prabu Kian Santang, umat islam akan mengenang perjuangannya atas jasa-jasanya mensyiarkan ajaran agama islam, dan umat islam akan selalu mendoakan arwahnya sepanjang masa.
Suasana alam pegunungan sekitar
Dengan pemandangan pegunungan yang masih asri, para peziarah dapat menikmati keindahan alam sekitar, pesona alamnya di kelilingi oleh pegunungan yang menjulang tinggi. Saking banyaknya peziarah ataupun pengunjung yang berdatangan dari pelosok nusantara, para penduduk memanpaatkan momen ini untuk menjajakan makanan, souvenir, parkir, WC umum, penginapan dan oleh-oleh khas kota Garut. Sehingga dengan adanya makam Syekh Rahmat Suci adalah suatu keberkahan untuk penduduk sekitar, yaitu dapat membantu perekonomian masyarakat setempat dan sekitarnya.
Rombongan Peziarah

Pulau Liwungan Banten

Pulau Liwungan terlihat dari kejauhan
 
Pulau Liwungan adalah pulau yang tidak berpenghuni, luas pulau + 49 hektar. Pulau Liwungan belum begitu terkenal namanya seperti pulau lainnya, dermaganya masih sangat sederhana sekali cukup untuk perahu kecil bersandar..

Pengunjung Pulau Liwungan tidak begitu ramai, hanya sedikit orang yang menyempatkan berlibur ketempat ini, mungkin karena tempatnya tidak berpenghuni dan tidak seindah pulau yang ber villa. Pulau Liwungan masih sangat alami yang ditumbuhi oleh pohon-pohon besar dan semak belukar, di pulau ini ditugaskan satu keluarga oleh pemerintah untuk menjaga kelestarian pulau.
Dipelabuhan

Untuk menuju Pulau ini diantar oleh warga sekitar yang sudah menyiapkan perahunya untuk disewa, perjalanan menuju pulau kisaran 30 menit, sarana bermain yang sudah ada seperti snorkeling, diving, banana boat. Berenang dilaut, bermain pasir putih, bakar ikan laut menjadi kepuasan tersendiri untuk menikmati pesona laut, bagi yang ingin menikmati hobinya berjalan kaki bisa mengitari pulau ini sampai seharian, panorama alamnya sangat eksotis sehingga para pengunjung dimanjakan dengan pemandangan hutannya yang masih alami. 
Arena bermain air laut
 
Air laut di Pulau Liwungan sangat jernih dengan warna biru kelautan, dipesisir pantai dengan pasirnya yang putih berserakan batu karang dan aneka cangkang kerang laut yang indah dengan berbagai jenis dan warnanya yang mengkilap dan indah, jika dibawa pulang bisa menambah koleksi dan untuk menghiasi aquarium dirumah. 
 
Tempat yang dikeramatkan
 
Bagi yang ingin sekalian wisata religi bisa menyempatkan diri untuk berdoa atau berziarah di petilasan keramat Syekh Nurdjati, Prabu Siliwangi dan Prabu Kiansantang. Tempat keramat petilasan para tokoh besar ini dibangun permanen oleh warga untuk menghormati perjuangannya, Pulau Liwungan sangat dikeramatkan oleh penduduk Cipanon dan umumnya penduduk sekitar, untuk menghormati kesakralan tempat ini maka pengunjung Pulau Liwungan harus mengikuti pantangan yang sudah ada sejak dahulu hingga sekarang, pantangan atau larangan bagi para pengunjung pulau tidak diperbolehkannya mengenakan pakaian berwarna merah, larangan tersebut bagi penduduk Cipanon masih disakralkan dan ditaati hingga sekarang.
Salah satu objek wisata bahari ujung kulon pulau Jawa ini berada di Desa Citeureup Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Untuk menuju pulau Liwungan bisa dari Kampung Cipanon Jalan Tanjung Lesung Km 2, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang. 
Foto beserta rombongan

Dirumah peristirahatan Mamang






Pantai Tanjung Kait Tangerang

Wisata Bahari Tanjung Kait Tangerang-Banten, sudah tidak seindah tempo dulu lagi sewaktu saya masih kecil, tempatya sudah banyak perubahan karena abrasi/erosi, apalagi pantainya yang indah sudah tidak ada lagi, dari pesisir pantai semuanya dipenuhi bagan para pedagang yang menjajakan aneka bakar ikan laut, sehingga sampah mengotori sepanjang sisi pantai.

Akibat terlalu banyaknya bagan dan kurangnya kepengurusan kebersihan sekitar Pantai Tanjung Kait, pesisir pantainya tidak terurus sehingga sampah merusak keindahan pantai, sampah berserakan dan menumpuk di pesisir pantai. Disepanjang bibir pantai banyak bangunan terbuat dari bambu, bangunan tersebut yang disebut bagan dan rumah makan ikan bakar.

Dengan keadaan yang sangat memprihatinkan sekarang, pantai tanjung kait kurang perhatian dari masyarakat atau penduduk Tanjung Kait. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan area pantai membuat pantai menjadi kotor dan tidak terawat, bangunan yang tidak teratur disepanjang bibir pantai membuat keindahan pantainya hilang dan terlihat kumuh.

Padahal objek wisata pantai Tanjung Kait memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan, jika tempatnya diatur dan ditata rapi sedemikian rupa oleh pihak pemerintah dan penduduk sekitar, sehingga pantainya menjadi indah kembali, rapi dan bersih.

Pada hari libur besar atau hari libur biasa pantai Tanjung Kait selalu ramai dikunjungi oleh para wisatawan, yang sengaja datang untuk menikmati ikan bakar atau kumpul keluarga, di tempat yang sudah disediakan diatas air laut seperti bagan. Para pengunjung tidak perlu naik perahu untuk mencapai tempat bagan, hanya dengan melewati jembatan yang terbuat dari bambu beberapa meter panjangnya pengunjung langsung menuju bagan, dan siap menunggu ikan bakar yang sedang di siapkan oleh pedagang. Ditempat makan diatas bagan para pengunjung dimanjakan dengan panorama alam laut dengan angin pantai yang sejuk menghebus kulit, sambil menikmati hidangan ikan bakar yang lezat dan murah meriah.

Pantai Tanjung Kait berada di Kecamatan Mauk dan paling utara dikabupaten Tangerang-Banten, sekolah pelayaran terbesar Indonesia ada di sini yaitu BP2IP, peninggalan bersejarah pada zaman kolonial Belanda seperti jembatan dan gedung tua, dan peninggalan bersejarah China yaitu Vihara yang berada di pesisir pantai yang sekarang masih digunakan beribadah.

Bagi para penghobi ikan bakar dengan harga terjangkau dan murah meriah ada di Pantai Tanjung Kait, untuk para maniak mancing tempat sudah disediakan, tinggal pilih bagan mau ditengah laut atau di pesisir pantainya, untuk mancing ketengah laut diantar oleh perahu nelayan yang sengaja disewakan untuk keliling melihat pesona keindahan laut dari atas perahu.

Sejarah Masjid Demak

Masjid Agung Demak tampak depan
Masjid Agung Demak – Jawa Tengah, yang masih berdiri kokoh, megah dan berkharismatik, adalah saksi sejarah berdirinya kerajaan islam Demak Bintoro yang bercorak islami, masjid ini dibangun atas inisiatif para walisongo dan Sultan Demak pertama Raden Fatah, karena setiap kerajaan islam harus mempunyai tempat beribadah berupa masjid, selain tempat beribadah umat islam masjid Demak dipungsikan juga sebagai cikal bakal pusat penyebaran agama islam ditanah jawa. Pendirian masjid Demak dibantu oleh para walisongo, didirikan pada abad 15 M.

Pembangunan Masjid Demak merujuk dari gambar bulus yang berada didalam masjid, yang merupakan Candra Sengkala Memet, atau Salira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna, kepala bulus (1), kaki (empat), badan (0), ekor (1), jadi simbol bulus ini diartikan tahun 1401 saka. Didalam masjid terdapat empat penyangga tiang utama, satu tiang atau saka tatal yang dibuat dari serpihan kayu, yang dikumpulkan menjadi satu dan diikat kuat, saka tatal ini dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijogo. Serambi masjid berbentuk limas ditopang oleh delapan tiang yang kokoh, delapan tiang disebut juga Saka Majapahit. Dan untuk pintu masjid ada juga Pintu Bledeg mengandung makna Candra Sengkala, bisa dibaca Naga Mulat Salira Wani, atau yang artinya tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
 
Masjid Agung Demak tampak samping
Disekitar komplek masjid terdapat museum sejarah Mesjid Demak, dan peninggalan bersejarah berupa kayu atau bahan bangunan lainnya untuk pembuatan masjid, yang masih tersimpan rapi dimuseum. Dibelakang masjid tempat dimakamkan Raden Fatah Sultan Demak pertama putera Prabu Brawijaya V pendiri kerajaan Demak dan pencetus pembuatan masjid, dan makam raja-raja penerus kerajaan Demak, keluarganya, dan abdi dalam kerajaan.

Masjid ini berada di Desa Kauman – Demak, Jawa Tengah. Pada masa kejayaan kesultanan Demak masjid ini berpungsi sebagai pusat penyebaran islam, dan berkumpulnya para ulama dengan walisongo, sekaligus pusat belajar mengaji.

Hingga sekarang masjid Agung Demak masih dipungsikan untuk beribadah umat muslim, yang keberadaannya sekarang dijadikan ikon kota Demak Jawa Tengah.
Para pengunjung atau peziarah masih bisa menikmati peninggalan bersejarah kejayaan kerajaan islam, masjid Agung Demak salah satu masjid tertua yang ada di indonesia, yang keberadaannya sudah dikenal oleh dunia.

Sumur Tujuh Gunung Karang

Petilasan Sultan Maulana Hasanudin
Gunung Karang – Pandeglang adalah raksasa tertidur dari Banten, yang menyimpan banyak rahasia yang belum terkuak oleh manusia, banyaknya misteri, mitos dan legenda ditempat ini menjadikan gunung karang beraroma mistis yang sangat kuat, sejarah gunung karang tidak lepas dari cerita peradaban masa lalu hingga sejarah runtuhnya kerajaan hindu-Budha. Gunung Karang adalah gunung tertinggi di daerah Banten, ketinggiannya mencapai 1778 mdpl dan gunung ini gunung merapi aktif yang memiliki potensi besar bisa meletus.

Perjalananku ke puncak Gunung Karang karena tertarik dengan banyaknya bukti peninggalan sejarah yang ditemukan di gunung karang yang masih tertata rapi, dan beberapa sebagian yang ditemukan tersimpan rapi dimuseum kepurbakalaan Banten. Seperti beberapa situs sejarah yang berada di gunung karang, diantaranya : batu Menhir, Situs Pahoman Pasir Petey, Sumur Tujuh. Petilasan Sultan Banten ke 1. Makam Syekh Rako. Makam Syekh Karan.

Sebelum mendaki kepuncak gunung, para peziarah atau pendaki diharuskan berdoa terlebih dahulu di petilasan Sultan Maulana Hasanudin, memohon kepada Allah SWT keselamatan dan kekuatan untuk mendaki. Gunung Karang Banten, menjadi salah satu tujuan paforit wisata religi dan wisata pendakian gunung, selain tujuan mendaki, yang paling terkenal adalah sumur tujuh gunung karang yang keberadaannya di puncak gunung, para pendaki harus menempuh perjalanan 2.5 - 4 – 5 jam pendakian menuju sumur tujuh, tergantung pisik dan kondisi para pendaki. Letak ketinggian diatas sumur tujuh 1778 mdpl, jadi para pendaki harus menyiapkan pisik yang fit dan semangat yang tinggi.
 
Pemandangan di puncak 1778 mdpl

Sumur Tujuh gunung karang adalah tempat yang paling sering dijadikan tujuan mendaki, para pendaki yang datang dari pulau jawa dan luar pulau jawa sengaja mendaki untuk tujuan ke sumur tujuh, sejarah sumur tujuh berkaitan erat dengan Sulton Maulana Hasanudin pendiri kerajaan Banten yang bercorak islami, putera dari Sulton Syarief Hidayatulloh Raja Cirebon pertama
Sejarah yang melegenda di masyarakat tentang keberadaan sumur tujuh yang dibuat oleh Sulton Maulana Hasanudin, adalah ketika Sulton Maulana Hasanudin ditantang bertarung adu kesaktian oleh Raja Pucuk Umun Raja Banten Girang, pertarungan yang sangat sengit terjadi di puncak gunung karang yang sekarang adanya sumur tujuh. Karena kehausan setelah bertarung Sulton Maulana Hasanudin bermunajat kepada Allah Swt untuk memohon air minum, atas izin Allah maka ditancapkanlah tongkatnya ke tanah, dengan seketika keluarlah air menyembur dari dalam tanah. Lubang bekas tongkat yang ditancapkan inilah yang sekarang di sebut keramat Sumur Tujuh Gunung Karang.
Sumur Tujuh
Sumur Tujuh Gunung Karang banyak sekali dikunjungi oleh para peziarah, mereka ke sumur tujuh dengan tujuan untuk mencari air sumur keramat, jika airnya kebetulan banyak biasanya para peziarah mandi dan membawa pulang kerumah, tujuannya memohon keberkahan kepada Allah SWT dengan sareat air sumur keramat yang dibuat oleh Sulton Maulana Hasanudin.
Sumur Tujuh
Banyak sekali cerita mistis yang sering dialami oleh para pendaki yang bertujuan ziarah ke sumur tujuh gunung karang, fenomena yang sering terjadi berkaitan dengan hal-hal yang berbau mistis.
Bahkan salah satu dari para peziarah ketika memasukan tangannya ke lumpur sumur tujuh, ditemukan emas yang masih utuh berbentuk batangan, dan beberapa kejadian seperti menemukan benda-benda pusaka atau batu akik yang mengandung kekuatan gaib. Sumur Tujuh Gunung Karang adalah tempat yang sangat sakral dan keramat karena tidak boleh orang sembarang mengucap sesuatu yang kurang baik, berdoalah ditempat ini hanya kepada Allah Swt.

Namun sangat disayangkan, dengan kondisi yang sekarang sumur tujuh sudah sangat memprihatinkan, saking banyaknya pengunjung menjadikan sumur tujuh sudah tidak terlihat tujuh lagi, keadaannya sudah berubah dari aslinya karena terjamah ribuan orang.
 
Tidak jauh dari Sumur Tujuh, terdapat Sumur Nangka, Sumur Nangka adalah sebuah gua yang didalamnya ada penampungan air dari batu, konon katanya Sumur Nangka ini tempat pelarian atau bersembunyi Pucuk Umun yang kalah bertarung, jadi untuk para peziarah tidak diperbolehkan mandi disumur ini atau membawa pulang airnya.

Sagatan Sumedang

Sekarang ini perjalananku ke kota budaya yaitu Sumedang Jawa Barat, tujuannya adalah ke gunung Gede atau sekarang disebut gunung Tampomas Sumedang, yang lokasinya berada di pegunungan, jalanan yang dilalui bersemak belukar cukup menanjak dan turun naik karena keberadaannya diatas pegunungan, yang membuat penasaran untuk mengunjungi tempat ini karena menyimpan banyak misteri dan rahasia alam. Tempat ini bukanlah lokasi wisata, ataupun tempat liburan, tempatnya masih asing dan belum banyak terjamah oleh orang luar.
Air Sagatan
Nama lokasinya oleh warga disebut Sagatan, adalah kali kecil yang mengalir dari pegunungan turun kebawah hingga melewati pesawahan warga, Sagatan adalah tempat yang sangat misterius, ditempat ini menyimpan banyak benda-benda yang aneh, untuk orang awam bisa dikatakan angker.
Batu Gong
 Setelah sampai ke lokasi saya menyusuri kali kecil dari atas gunung hingga ke bawah, saya menyusuri mulai dari atas, karena kalau dari atas turun kebawah tujuannya bisa langsung pulang kerumah. Pemandangan alamnya yang indah nan asri menyejukan hati dan pikiran seolah-olah saya berada dinegeri kahyangan, namun yang membuat saya sangat takjub karena ditempat ini banyaknya batu-batu berbentuk aneh yang berserakan di kali, pertama pandanganku tertuju ke batu berbentuk lumpang atau batu mirip tempat menumbuk padi.

Yang membuat saya tercengang dan sangat aneh banyaknya ditemukan fosil binatang laut yang sudah membatu, tapi dari bentuk aslinya masih sangat jelas.
Bahkan batu Suiseki banyak ditemukan ditempat ini, yang masih sangat jelas adalah fosil kerang laut, fosil bintang laut, dan batu telur, batu gong, batu mirip kura-kura, batu lumpang, batu menyan, dan masih banyak batu suiseki lainnya.
Kerang Laut
Yang paling terkenal ditempat ini batu gong, yang bentuknya persis sama sekali dengan gong alat musik tradisonal indonesia, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, batu gong ini terbilang yang sangat aneh karena menurut penuturan orang tua asli pribumi yang mengantar, batu gong tidak pernah habis semenjak dia kecil, batu gong walaupun sudah diambil masih terus bermunculan. Batu gong sudah puluhan tahun bahkan sudah ratusan tahun tidak pernah habis, dengan keajaiban inilah tempat Sagatan masih sangat misterius, penomena alam yang jarang sekali terjadi ini hanya ada di Sumedang.
Fosil Bintang Laut
Belum ada penelitian lebih lanjut dari pemerintah ataupun para arkeologi, padahal tempat ini jika terbongkar rahasia dan sejarahnya bisa menjadi tempat yang sangat istimewa, karena dengan kekayaan batu alam yang tercipta dengan sendirinya sangat menarik untuk diteliti, banyak rahasia besar dan sejarah masa lalu yang belum terungkap ditempat ini, jika terungkap rahasia besar ini maka akan menggegerkan Indonesia dimata dunia.
Kerang Laut
Lumayan jauh dari Sagatan terdapat dua tempat peninggalan sejarah :
a. Sanghyang Taraje yang keberadaanya dikelilingi oleh pesawahan warga, ditempat ini adanya anak tangga di apit oleh dua batu besar, setelah melewati anak tangga maka didepannya terdapat meja dan kursi terbuat dari batu, yang dinaungi pepohonan.
b. Batu ukuran yang sangat besar terlihat sangat kokoh berdiri disisi tebing, terdapat jejak satu telapak kaki kanan Eyang Prabu Siliwangi menjurus kearah gunung Tampomas, menurut legenda masyarakat Eyang Prabu Siliwangi meloncat dari gunung Salak dan turun ditempat ini, dan langsung meloncat lagi kearah atas gunung Tampomas, diatas gunung Tampomas memang terdapat petilasan Eyang Prabu Siliwangi yang dikeramatkan.

Dari cerita sejarah masyarakat, peninggalan jejak telapak kaki Eyang Prabu Siliwangi yang berada di gunung Salak dan gunung Gede ceritanya sama, cerita dari legenda pribumi dari gunung Salak menceritakan hal yang sama, dan pribumi Sumedang gunung Tampomas pun sama.
Fosil Bintang Laut
Hasil penyusuran saya dan bukti-bukti yang ditemukan, secara garis besar, saya menyimpulkan Indonesia ribuan juta tahun yang lalu adalah lautan, bukti kuat ditemukannya fosil kerang laut dan bintang laut banyak sekali ditemukan dipegunungan, dan tidak pernah habis dari puluhan tahun yang lalu walaupun warga Sumedang membawa pulang untuk hiasan dinding rumah.
Bayangkan fosil-fosil binatang laut yang ditemukan sampai di atas pegununungan..........!

Haul Cilongok 57

 
Tangerang 08 Januari 2016 Kp. Cilongok Desa Sukamantri Kecamatan Pasar Kemis, dipadati ribuan jamaah yang datang dari pelosok Indonesia, bahkan tamu dari luar negeri.
Yang menjadi daya tarik sehingga Kp. Cilongok didatangi dan dibanjiri umat islam, karena pada hari Minggu bertepatan dengan acara Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Zaelani yang ke 57. 

Acara Haul Tuan Syekh dilaksanakan rutin setiap tahunnya, tepatnya dipesantren Al-Istiqlaliyyah di Kp.Cilongok, yang dipimpin oleh ulama besar dari kota Tangerang yaitu KH.Uci Turtusi. Para tamu dan jamaah yang datang untuk menghadiri Haul Tuan Syekh setiap tahunnya, selalu memadati Kp. Cilongok.

Dengan suara gema djikir bersama yang menggelegar hingga menggetarkan Kp.Cilongok, djikir bersama yang dipimpin oleh KH.Uci Turtusi terdengar sangat bergemuruh dari kejauhan, sehingga membuat hati para jamaah terhanyut dengan djikir, jamaah terlihat khusyu berdjikir mengucapkan kalimat thoyyibah kepada Allah SWT.

Hiruk pikuk para jamaah yang berlalulalang membuat jalan macet total, dengan sangat padatnya para jamaah yang menghadiri acara haul membuat berkah bagi para penduduk dan pedagang.

Tamu yang hadir dalam rangka memperingati acara haul antara lain :

Sambutan:

Bupati Tangerang  (diwakilkan)
Wahidin Halim  (tokoh banten)
Gubernur Banten (diwakilkan)
Tb. Fikri  (Qori)
Ky. Turmudzi  (ketua MUI)

Ceramah agama :

Habib Umar  (Pekalongan)
Syekh Abdul Aziz  (Amerika)
Syekh Fadhil   (Yaman)

Para pejabat seperti Bupati dan Gubernur tidak bisa menghadiri acara, mereka disibukan urusannya masing-masing. Tamu yang datang dari luar negeri yaitu Syekh Abdul Aziz dan Syekh Fadhil beserta rombongannya ikut meramaikan acara dan menyampaikan tausyiah ceramah agama.

Acara Haul membawa berkah bagi penduduk sekitar dan pedagang, mereka berjualan disepanjang bahu jalan menuju tempat acara diadakan, para penduduk sekitar memanpaatkan lahan kosong untuk menyiapkan tempat parkir, seperti halaman rumah yang kosongpun dimanpaatkan menjadi tempat parkir, parkir mobil disepanjang jalan hingga satu kilo jaraknya.

Dua hari sebelum acara dimulai, para jamaah yang datang dari berbagai daerah sudah datang dan menginap di masjid dan pesantren, mereka menantikan acara dijauh hari supaya bisa duduk dan berdekatan dengan para guru besar. Antusias para jamaah menghadiri acara haul tuan Syekh Abdul
Qadir Al-Zaelani sangat tinggi, terlihat dari berlangsungnya acara, Kp. Cilongok menjadi lautan manusia.

KH.Uci Turtusi adalah pengasuh pondok pesantren Al-Istiqlaliyyah, Beliau adalah ulama besar dari kota Tangerang-Banten. Dipondok pesantren inilah acara haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Zaelani rutin diadakan satu tahun sekali, setiap acara dihadiri oleh ribuan jamaah dari pelosok negeri, bahkan dari Timur Tengah dan negara lainnya ikut hadir dalam acara haul ini.





Syekh Hasan Munadi Ungaran

Makam Syekh Hasan Munadi
Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran, kabupaten Semarang Jawa Tengah, dimakamkan seorang wali penyebar agama islam, yang bernama Syekh Hasan Munadi, beliau adalah putra dari Prabu Brawijaya V raja Majapahit, yang masih saudara kandung dengan Raden Fatah Sultan Demak, tapi lain ibu.

Syekh Hasan Munadi menikah dengan putri Ki Ageng Makukuhan dan dikaruniai putra bernama Syekh Hasan Dipuro, di lereng Gunung Sukroloyo Desa Nyatnyono inilah Syekh Hasan Munadi mengajarkan islam dan membuat pesantren. Semakin banyaknya yang belajar ilmu kepada Syekh Hasan Munadi maka dibuatlah masjid di Desa Nyatnyono, untuk memudahkan para pendatang beribadah yang datang dari berbagai daerah, Masjid yang dibangun oleh Syekh Hasan Munadi diberi nama masjid Subulussalam, hingga sekarang peninggalan masjid karomah Syekh Hasan Munadi masih berdiri kokoh seolah tidak lapuk dimakan zaman.

Makam Syekh Hasan Dipuro
Sejarah Pembangunan masjid Syekh Hasan Munadi di Desa Nyatnyono berbarengan dengan pembangunan 
yang dibangun oleh Raden Fatah Sultan Demak, karena pada waktu Kanjeng Sunan Kalojogo membuat dua sokoguru / tiang yang akan dibawa ke Demak, diminta satu sokoguru oleh Syekh Hasan Munadi untuk masjidnya yang sedang dibangun. Dengan bantuan Kanjeng Sunan Kalijogo dan restu para wali songo lainnya maka berdirilah masjid Syekh Hasan Munadi dengan kokoh, dan hingga sekarang masjid masih diperuntukan untuk beribadah umat islam.

Selain masjid, peninggalan Syekh Hasan Munadi salah satunya air karomah Sendang Kalimah Thoyyibah, sendang ini dibuat oleh Syekh Hasan Munadi dengan menancapkan tongkatnya ke batu, lalu keluarlah air mancur dari dalam lubang bekas tongkatnya, airnya sangat jernih dan bersih. Air karomah ini dipercaya bisa mengobati segala bermacam-macam penyakit dan untuk berbagai keperluan hajat lainnya, semuanya dengan izin Allah atas doanya kekaromahan Syekh Hasan Munadi.

Pintu masuk Sendang Kalimah Thoyyibah
Syekh Hasan Munadi menjabat sebagai Tumenggung di kesultanan Demak Bintoro, beliau seorang punggawa kerajaan Demak yang memimpin pasukan Demak, Syekh Hasan Munadi ditugaskan untuk menjaga keamanan kerajaan Demak, karena dengan kekuatannya bisa mengalahkan pasukan pemberontak Kesultanan Demak, pada waktu itu raja Demak adalah Raden Fatah yang masih saudara kandungnya.

Pada akhirnya Syekh Hasan Munadi lebih memilih istiqomah dan menanggalkan jabatan tumenggungnnya, beliau lebih fokus mensyiarkan agama islam ditanah Jawa. Hingga akhir hayatnya Syekh Hasan Munadi mengajar mengaji kepada para santrinya, Syekh Hasan Munadi meninggal dunia kisaran umur 130 tahun dan dimakamkan didekat masjid yang dibangunnya.