Sumur Tanjung

Situs cagar budaya daerah sudah selayaknya kita lestarikan, selaku anak bangsa kita wajib melestarikan peninggalan bersejarah nenek moyang, apalagi sebagai putra daerah kita harus sadar diri bahwa cagar budaya bernilai sangat tinggi sebagai ikon kampung. Situs bersejarah mengandung kisah kehidupan masa lalu terkait dengan kegiatan aktifitas penduduknya, dan atas dasar apa dibuatnya situs tersebut, kisah tersebut tidak akan hilang dimakan waktu jika penduduknya ikut andil melestarikan keberadaan situs bersejarah, masyarakat pribumi harus mempunyai kesadaran yang sangat tinggi terhadap peninggalan bersejarah di daerahnya, supaya sejarah daerahnya tetap terjaga sampai akhir zaman. Salah satu contoh situs bersejarah yang dijaga kelestariannya adalah di Kp. Pasir Awi,Rt.15/07. Desa Pasir Jaya, Kecamatan Cikupa, Kabupaten-Tangerang. Dikampung ini terdapat sumber mata air, sekarang di sebut sumur tua yang mana airnya sangat jernih namanya sumur Tanjung, sumur ini peninggalan nenek moyang kampung tersebut, konon sumur Tanjung di gunakan masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, seperti mandi, untuk air minum, mengairi ke pesawahan dan lainnya, dan di manfaatkan untuk kebutuhan pokok lainnya. Sumur ini airnya mengalir ke sawah sehingga petani tidak kekurangan air. Pada zaman dahulu ada tradisi acara tahunan yang di gelar di sumur Tanjung adalah doa Bersama atau yang disebut sedekah bumi, yang diselenggarakan setiap bulan muharom, adalah kegiatan tradisi sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh sanghyang Murbeng Alam, penduduk berkumpul untuk berdoa memanjatkan puji syukur atas limpahan rizki, ladang dan sawah yang subur, dan hasil panen yang melimpah. Acara sedekah bumi di meriahkan oleh hiburan wayang golek yang dibawakan oleh dalang Ki Murta dan topeng Ponah, sehingga para jamaah menjadi terhibur. Namun sangat disayangkan kegiatan positif tradisi ritual tradisional sedekah bumi yang meriah sekarang hanya tinggal cerita, semua itu hanya meninggalkan berjuta kenangan yang Indah dimasa lalu, yang penduduknya guyub dan rukun. Cerita ke masyhuran sumur Tanjung ini sangatlah luas dikalangan masyarakat, padahal jika dilanjutkan acara sedekah bumi ini maknanya sangat luas, bisa menjadi suatu acara adat dan budaya yang melambangkan puji syukur atas limpahan rizki yang diberikan oleh tuhan yang maha esa. Yang masih mempercayai ke istimewaan atau khasiat air sumur tanjung hingga sekarang masih banyak yang meyakininya, dilihat dari banyaknya pengunjung untuk berdoa di tempat ini, memohon keberkahan wasilah dari air sumur tanjung bisa menjadi obat atau tergantung dari niat hajatnya pengunjung, adapun adat kepercayaan sampai sekarang yang masih dilakukan masyarakat adalah : mengambil airnya ketika akan hajatan di simpan di dalam rumah, air hanya sebagai simbolis mohon doa restu kepada leluhur, supaya acaranya berjalan dengan baik, lancar dan berkah. Cerita yang sangat miris adalah tanahnya oleh pemilik sudah dijual ke si Koko warga keturunan cina, yang mana akan dijadikan zona industry, dan yang mengantarkan sisa pelunasan pembayaran tanah adalah Bpk Majid (Gintung). Ketika tanah akan diratakan, urug dan dipagar oleh pembeli, atas kesadaran dan dorongan yang sangat kuat dua orang pribumi yang bernama Bpk Kadir (Gintung) dan Bpk Kamog (Tanjung) mendatangi kantor pembeli untuk memperjuangkan sumur tanjung supaya tetap bisa digunakan oleh warga, akhirnya dengan perjuangan yang sangat tulus dan ikhlas pembeli me wakafkan tanah sumur tanjung kepada warga untuk dipergunakan kembali sebagaimana mestinya. Alhamdulilah atas perjuangan dua orang pahlawan tanpa pamrih sumur tanjung masih bisa di saksikan oleh anak cucu dan bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan.
Terima kasih Bpk Kadir, Bpk Kamog, Bpk Parta dan kepada semua pihak yang terlibat melestarikan situs Cagar Budaya Sumur Tanjung, semoga jeripayah dan perjuanganmu menjadikan ladang pahala yang mengalir.