Nusa Gede & Situ Lengkong |
Wisata religi ziarah kubur dan
sekaligus situs peninggalan kerajaan Sunda Galuh, yang berada di
Kecamatan Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat, tepatnya di Situ
Lengkong Panjalu, yaitu suatu danau yang luasnya sekitar 70 hektar,
yang ditengahnya terdapat pulau kecil bernama Nusa Larang / Nusa
Gede.
Situ Lengkong menurut sejarah pada
zaman dahulunya adalah bekas peninggalan kerajaan sunda Panjalu
Kawali, di danau inilah pusat kerajaan Panjalu berdiri kokoh, dan
hingga saat ini masih meninggalkan bukti-bukti sejarah peninggalan
kerajaan yang ditemukan oleh para arkeolog.
Bukti sejarah Situ Lengkong salah
satunya adalah makam pembesar kerajaan Panjalu yaitu Prabu Hariang
Kencana anak Prabu Sanghyang Borosngora, dan makam para pembesar kerajaan Panjalu lainnya, yang berada di tengah danau
Situ Lengkong di sebuah pulau kecil yang bernama Nusa Larang/Nusa Gede. Makam
Prabu Hariang Kencana sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan, yang
bertujuan berziarah kubur ataupun hanya sekedar berwisata.
Nusa Gede & Situ Lengkong |
Untuk menuju makam Prabu Hariang
Kencana dan makam para Raja Panjalu yang keberadaanya di Pulau Nusa Larang/Nusa Gede, para
pengunjung terlebih dahulu harus meyebrangi danau dengan naik perahu
yang sudah disiapkan oleh pengelola setempat, para penumpang perahu
akan diajak mengelilingi Situ Lengkong dengan perahu untuk melihat ke
indahan alam sekitar panorama dan keasrian Situ Lengkong.
Situ Lengkong sudah ditetapkan oleh
pemerintah sebagai cagar alam, dan daerah wisata budaya. Biasanya
yang ramai dikunjungi di Panjalu ini adalah dua tempat yang menyimpan
banyak sejarah, salah satunya adalah Makam Prabu Hariang Kencana, dan
Musium Bumi Alit yang menyimpan bukti sejarah kerajaan Panjalu
Kawali, diantaranya berupa naskah – naskah kuno, perlengkapan
perang, menhir, dan benda – benda pusaka peninggalan para pembesar
kerajaan Panjalu. Yang paling melegenda di Musium Bumi Alit adalah
pusaka warisan Prabu Sanghyang Borosngora, berupa pedang, Cis dan
Genta (lonceng kecil), pusaka warisan peninggalan Prabu Borosngora
didapatkan dari kota Mekah Al-Mukarromah ketika mencari guru
sejatining hurip, pusaka itu diberikan oleh Sayyidina Ali bin Abi
Thalib ketika selesai berguru kepadanya, menurut legenda masyarakat
Prabu Borosngora menjadi muslim setelah bertemu Sayyidina Ali dimekah
dan membawa pulang ajaran islam ketanah Pasundan dan kerajaannya.
Setelah itu kerajaan Panjalu menjadi kerajaan islam pertama yang
dibawa ajarannya oleh Prabu Borosngora, dan mengajarkannya kepada
seluruh negerinya.
Gerbang Nusa Gede |
Namun sangat disayangkan tokoh utama
pemegang sejarah kerajaan Panjalu yaitu Sanghyang Prabu Borosngora
makamnya belum diketahui keberadaannya hingga sekarang, karena Prabu
Borosngora meninggalkan kerajaannya dan terus melanglangbuana untuk
menyebarkan ajaran agama islam ke seluruh pelosok nusantara.
Untuk mengenang para leluhur Panjalu
dan melestarikan budaya, peninggalan pusaka Prabu Sanghyang
Borosngora dan pusaka peninggalan leluhur Panjalu setiap tahunnya
dibersihkan atau dicuci dengan menyelenggarakan acara ritual adat
Nyangku, acara adat Nyangku diselenggarakan setiap tahun rutin
tepatnya pada bulan Maulid. Acara Nyangku sangat ramai dihadiri oleh
segala lapisan masyarakat, dari trah Panjalu turun semua mengikuti
acara, baik dari pemerintah maupun pembesar Panjalu ikut serta
meramaikan jalannya acara.
Naik Maung yang berada didepan Gerbang masuk Nusa Gede |
Jagalah dan lestarikanlah peninggalan
para leluhur apapun itu wujudnya, hormatilah dan kenanglah
perjuangannya.