Ky. Uci Turtusi Cilongok Tangerang

Ky. Uci Turtusi (kiri), tokoh ulama (syekh) dari irak/Bagdad (kanan)
foto:masgoffar.blogspot.com

Kp. Cilongok. Ds. Sukamantri Kec. Pasarkemis. Tangerang-Banten, tepatnya di pesantren Al-Istiqlaliyyah rutin mengadakan pengajian mingguan, yang dipimpin oleh seorang ulama kharismatik kota Tangerang, namanya sudah terkenal hingga keluar pulau jawa, bahkan yang menghadiri pengajian mingguan sering didatangi ulama dari mancanegara, seperti ulama dari India, Irak, dan negara lainnya pernah berkunjung mengikuti acara pengajian.

Tokoh ulama kharismatik itu bernama KH. Uci Turtusi dari Kp. Cilongok, beliau adalah penerus ayahnya Alm KH. Dimyati mengajar pengajian mingguan, jamaah yang hadir setiap minggu selalu memadati Kp. Cilongok tepatnya dipesantren, parkir mobil dan motor para jamaah sudah tidak tertampung disatu tempat, sehingga kendaraan banyak parkir ditempat yang lumayan jauh, saking banyaknya jamaah yang tidak tertampung di masjid dan majelis, bahkan jamaah rela mencari tempat duduk disepanjang jalan, dibawah pohon, dan dirumah penduduk sekitar, jamaah mencapai ribuan bahkan puluhan ribu.

Acara pengajian mingguan membawa berkah bagi para pedagang, dibahu sepanjang jalan dan lapangan kosong para pedagang ikut meramaikan pengajian. Setiap minggu para pedagang menjajakan berbagai aneka makanan, baju muslim, akik, sarana ibadah, minyak wangi, dan masih sangat banyak para pedagang lainnya.

Selain acara pengajian mingguan, ada beberapa acara besar yang diselengarakan tahunan, yaitu acara : Maulid Nabi, Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Zaelani, acara tersebut selalu diramaikan oleh ribuan jamaah. Acara yang paling besar hingga para jamaah membludak membanjiri Kp. Cilongok menjadi lautan manusia, adalah Haul Tuan Syekh Abdul Qadir Al-Zaelani, ratusan jamaah sudah berdatangan mulai malam acara, dan terus berdatangan hingga pagi hari, dan dihadiri para pejabat, Alm Gusdur (semasa hidup), Bupati, para ulama di luar pulau jawa, ulama dari mancanegara, para Habaib dan para tokoh besar lainnya.

Di Cilongok uniknya terdapat dua masjid yang besar, yaitu masjid lama dan masjid baru, sedangkan untuk masjid yang baru bentuknya sangat lebih besar, megah dan indah, dan masih dalam proses pembangunan yang masih belum selesai. Tampak selatan masjid dimakamkan seorang ulama salafi KH. Dimyati pendiri pesantren Al- Istiqlaliyyah ayahanda dari KH.Uci Turtusi, yang mana makamnya selalu ramai diziarahi oleh umat muslim.

KH.Uci Turtusi adalah tokoh ulama besar yang sangat dihormati dan disegani oleh semua kalangan masyarakat, beliau sangat berjasa besar karena telah mengharumkan bangsa Indonesia terutama kota Tangerang-Banten. Dengan ke istimewaan dan karomah yang diberikan Allah SWT kepada KH. Uci Turtusi, hati umat islam merasa rindu untuk bertemu dan silaturahmi dengan sosok sang ulama ini, dengan kepiawaiannya menyampaikan dan mengajarkan ilmu agama dengan ikhlas, sehingga tausiyah yang disampaikan sangat jelas dan mudah dipahami oleh para jamaah. 






Sejarah Syekh Asnawi Caringin

Banten terkenal dengan sebutan kota santri, karena dari daerah inilah banyak melahirkan kader-kader ulama besar, dan para syekh. Bisa dilihat dari segi sejarah dan tempat pemakaman para syekh yang tersohor ilmunya, hampir diseluruh pelosok daerah banten dari kota hingga kepedesaan terdapat makam para syekh / ulama yang menyebarkan ajaran islam, untuk menghormati dan mengenang perjuangannya makam para syekh biasanya dibuatkan bangunan khusus,. Makam para syekh oleh masyarakat biasanya dikeramatkan dan dianggap suci, bahkan makamnya selalu ramai dikunjungi oleh peziarah untuk mendoakan arwahnya.
Makam Syekh Asnawi Caringin

Sebut saja Syekh Asnawi Caringin yang kelahiran banten, nama beliau terkenal seantero raya, beliau kelahiran kota Pandeglang tepatnya Kp. Caringin. Beliau dilahirkan dari pasangan seorang alim yang bernama Syekh Abdurahman dengan Ratu Sabi'ah, silsilah garis keturunan dari sang ayah dari Sultan Agung Mataram.

Karena kelahiran dari keluarga ulama, ayahnya mendidik anak-anaknya dengan mengajari ilmu agama dari kecil, semasa kecil Syekh Asnawi sudah menunjukan kecerdasannya yang bisa menghafal banyak ayat-ayat al-quran, menurut sejarah syekh Asnawi pada usia sangat muda sudah sangat gemar belajar ilmu agama kepada guru-gurunya dibanten, karena merasa masih belum cukup menimba ilmu agama di tanah kelahirannya, bahkan ayahnya mengirim langsung ke negara mekah untuk menimba ilmu yang lebih mendalam kepada para syekh yang berada dikota Mekah.

Dikota Mekah Syekh Asnawi bertemu dengan Syekh Nawawi Al-Bantani, sehingga bergurulah Asnawi kepada Syekh Nawawi Al-Bantani untuk belajar mengaji, waktu itu Syekh Nawawi Al-Bantani sudah menjadi guru yang mengajar ilmu agama di masjidil haram, dikota mekah Syekh Asnawi bukan saja berguru kepada Syekh Nawawi Al-Bantani, tetapi masih banyak lagi guru sufi tersohor yang diguruinya.

Melihat kepiawaian dan kecerdasan Syekh Asnawi dalam belajar mengaji, para gurunya sangatlah bangga dan senang, setelah bertahun-tahun menimba ilmu dikota mekah, akhirnya Syekh Asnawi merasa rindu dan ingin pulang ketanah kelahirannya kembali, Syekh Asnawi meminta izin pulang kepada gurunya untuk berdakwah ditanah kelahirannya, akhirnya pulanglah sang syekh dari tanah arab dengan bekal ilmu agama yang cukup.

Sepulangnya ke banten Syekh Asnawi terus berdakwah, dan membuat pusat pengajian pesantren di kampungnya Caringin, juga dibangunlah masjid yang sekarang masih berdiri kokoh, semakin lama pesantrennya banyak santri yang menimba ilmu kepadanya, bahkan santrinya banyak yang dari luar pulau jawa. Melihat penindasan yang dilakukan Belanda kepada masyarakat, akhirnya Syekh Asnawi berdakwah dengan mengobarkan api perlawanan kepada penjajah Belanda, perlawanan Syekh Asnawi kepada penjajah Belanda akhirnya terendus dan sang syekh dianggap pemberontak yang berbahaya, sehingga terus diawasi gerak geriknya oleh Belanda. Banyak kader-kader pejuang yang dilahirkan oleh sang syekh sehingga Belanda menjadi dirugikan karena banyaknya perlawanan. Sang syekh akhirnya pernah ditangkap dan dipenjara, juga diasingkan ke daerah Cianjur.

Walaupun pernah dipenjara Syekh Asnawi terus melakukan perlawanan kepada kolonial belanda, selain seorang ulama syekh Asnawi juga pejuang kemerdekaan, dengan jasa dan perjuangannya kini makamnya selalu dipenuhi peziarah, Syekh Asnawi menghembuskan nafas terakhirnya tahun 1937 dan dimakamkan di Kp. Caringin-Pandeglang tempat kelahirannya.


Sejarah MasJong dan Agusju

Maqam Masjong & Agusju

Masjong dan Ki Agusju sebelum memeluk islam mereka adalah beragama hindu, dan kedua orang ini sangatlah sakti mandraguna sehingga raja Pucuk umun sangat mengandalkan kesaktiannya. Masjong dan Ki Agusju adalah dua saudara kakak beradik, menurut sejarah mereka adalah seorang resi sakti dari kerajaan Banten Girang.

Setelah kedatangan Maulanan Hasanudin dari Cirebon, yang diutus oleh ayahnya yaitu Sulton Syarief Hidayatullaoh ( sunan gunung djati ) Cirebon, yang ditugaskan untuk dakwah mengenalkan dan menyebarkan ajaran agama islam kepada kerajaan Banten Girang. Setelah tiba dibanten Mulana Hasanudin mengajarkan ajaran islam kepada lapisan masyarakat banten didaerah gunung Pulosari, karena daerah inilah gunung yang dikeramatkan pada masa kerajaan Pucuk Umun, setelah itulah menyebar kedaerah lainnya.

Raja Pucuk Umun mendengar kabar dari para prajuritnya bahwa didaerah kekuasannya telah lahir agama baru yang dibawa oleh orang asing, merasa penasaran maka diutuslah oleh Raja yaitu Masjong dan Agusju untuk menyelidiki kebenarannya, akhirnya berangkatlah kedua kakak beradik itu untuk mengetahui kebenarannya, dan setelah Masjong dan Agusju melihat, ternyata berita itu benar dan bahkan ajaran islam sudah meluas didaerah kekuasaan banten girang. Maka kembalilah Masjong dan Agusju untuk melaporkan hasil penyelidikannya itu kepada raja, setelah mendengar berita dari kedua orang itu raja sangatlah marah sehingga diutuslah kembali Masjong dan Agusju untuk mengusir dan membunuh Maulana Hasanudin.

Dalam Maqam
Maqamnya terletak didaerah kampung Balaya desa Sempu kota Serang.
Pertarungan antara Maulana Hasanudin dan Masjong dan Agusju tidak bisa dihindari, dua kakak beradik ini menantang bertarung dengan Maulanan Hasanudin, yang akhirnya terjadilah pertarungan yang sangat sengit, sebuah pertarungan dan adu kepandaian dimenangkan oleh Maulana Hasanudin, kehebatan Maulana Hasanudin sangatlah membuat takjub Masjong/Agusju, sehingga mereka bertanya kepada Maulana Hasanudin'' ilmu apakah yang membuat kamu sakti '', jawaban Maulana Hasanudin sangatlah simpel ''ilmu Allah''. Setelah mendengar wejangan dan melihat budi luhur Maulana Hasanudin, Masjong/Agusju terharu dan kagum dengan keluhuran ajaran yang disampaikan oleh Maulana Hasanudin.

Setelah banyak belajar ajaran islam Masjong dan Agusju memeluk islam tanpa paksaan, dan menjadi pengikut setia Maulana Hasanudin, bahkan yang menyampaikan amanat Maulana Hasanudin kepada Raja Pucuk Umun untuk masuk islam adalah Masjong dan Agusju. Perjuangan Maulana Hasanudin dan Masjong dan Agusju, dalam menyebarkan islam sangatlah berat, karena harus berperang dan melawan pasukan banten girang, karena Raja Pucuk Umun tidaklah mau daerah kekuasaannya menjadi islam.
Sampai akhir hayatnya Masjong dan Mas Agusju tetaplah setia kepada Maulana Hasanudin, membantu menyebarkan ajaran islam kepelosok daerah banten.

Bekas pecahan keramik dan senjata yang ditemukan
Hingga sekarang maqam Masjong dan Agusju selalu ramai diziarahi oleh umat muslim, bahkan lokasi peristirahatan terakhirnya sering dipakai untuk pusat penelitian sejarah banten, karena dilokasi maqam adalah bekas daerah kerajaan banten Girang, dan masih banyak ditemukan benda cagar budaya yang masih tersisa.